Rabu, 28 November 2012

CHRISTMAS PRAYER

Bulan Desember telah di depan mata, bulan dimana kita semua mulai mempersiapakan Natal. Dari satu perayaan ke perayaan yang lain, bahkan saking banyaknya perayaan kadang kita lupa akan makna Natal yang sesungguhnya. Desember membawa kepada kita banyak kebahagiaan dan juga “stress”. Jadi simpan dan renungkan Doa Natal di bawah ini. Kiranya Natal tahun ini membawa kebahagiaan dan kita bisa merayakannya dengan penuh kedamaian…. Be happy….

God, thank you for sending your Son to us. I know this time of year we often forget why we celebrate. We tend to be so caught up in planing for parties and gift giving that we forget why we are doing all of these things in the first place. Let me not forget the struggles and strife that Mary and Joseph faced in bringing your son, Jesus, into the world.
Yet, Lord, let me not forget the blessings you bestowed on them. You gave them a great gift of a child and you blessed them with shelter in a time when it seemed they might not have anywhere to stay. And then you brought our Savior into this world to two loving parents and believers who awaited his presence.
I cannot imagine your sacrifice, Lord, but I know that I am blessed by it. I know that every day I feel your presence and look around the world in wonder at your creation. So, this year as I decorate the tree, this year as I sing Christmas carols, let me not forget that Christmas is so much more than gifts and lights. Provide me with the presence of mind to keep me rooted in faith this season.
And let the world find the blessings I have found in you. As cliche as it may sound, let there be peace on earth this season. Let us have the hope and love in our lives that you brought us through the birth of Jesus.
Thank you, Lord. Thank you for bringing my Savior into the world, and thank you for your blessings on my life. Amen.

Senin, 26 November 2012

Renungan


MEMBANGUN KEBERSAMAAN


I Korintus 1:10-12

Membangun kebersamaan tidak mudah. Semakin banyak orang di dalam sebuah kelompok, semakin banyak perbedaan dan potensi konflik. Paulus memahami hal ini dan memberikan nasihat kepada jemaat bagaimana membangun kebersamaan sebagai anggota tubuh Kristus.
Surat 1 Korintus membahas berbagai masalah, baik yang didengar Paulus dari keluarga Kloe (1:10-6:20) maupun dari surat-surat mereka (7:1-16:19). Dari sekian banyak problem yang ada, problem perselisihan seputar hikmat dan kultus individu pemimpin (pasal 1-4) merupakan yang paling. Problem ini dibahas lebih dahulu. Problem ini juga dibahas secara panjang lebih (4 pasal).

Jemaat Korintus bukan sekedar mengangungkan para pemimpin lain atas nama hikmat (pasal 1-3), tetapi sebagian mereka juga mempertanyakan kredibilitas Paulus sebagai rasul (pasal 4). Di tengah situasi seperti ini, bagaimana sikap Paulus dalam menghadapinya?

Paulus memberikan Nasehat yang Subyektif (ay. 10)
Walaupun perselisihan yang ada cukup serius dan ditujukan untuk menyerang Paulus, namun dia tetap mampu menyebut semua jemaat Korintus sebagai “saudara-saudara” (ay. 10-11). Sapaan ini bahkan muncul 21 kali dalam seluruh 1 Korintus dan termasuk salah satu surat Paulus yang paling banyak memuat kata “saudara-saudara”. Sapaan ini bukan sekedar kebiasaan atau formalitas. Melalui sapaan ini Paulus ingin mengajarkan bahwa persaudaraan di dalam Kristus tidak akan dapat dibatalkan oleh apapun juga, termasuk oleh perbedaan pendapat yang ada di antara mereka.

Paulus tidak memberikan nasehat untuk sebagian jemaat saja – terutama yang membela dia – namun untuk semua jemaat. Hal ini terlihat dari kata Yunani pantes di ayat 10 (LAI:TB tidak menerjemahkan kata ini). Sesuai teks Yunani yang ada, ayat 10 seharusnya diterjemahkan “...Yesus Kristus, supaya kamu semua...”. Di mata Paulus, siapa pun yang terlibat dalam perpecahan pasti telah melakukan kesalahan (3:3-4), sehingga perlu dinasehati.

Nasehat yang akan diberikan Paulus dilandaskan pada hal yang objektif, yaitu “demi nama Tuhan Yesus Kristus”. Ungkapan seperti ini merupakan salah satu cara yang dipakai Paulus untuk memberi penekanan pada apa yang dia katakan (1Tes. 5:27; 2Tes. 3:6, 12). Bukan hanya untuk penekanan, ungkapan ini juga menyiratkan bahwa apa yang akan dikatakan didasarkan pada karya Kristus Yesus. Dalam 1 Korintus 1:10 Paulus tidak mengarahkan jemaat pada jasa-jasanya selama memulai pelayanan di Korintus. Sebaliknya, dia justru membawa jemaat untuk berpola pikir kristosentris (berpusat pada Kristus). Karya Kristus memberi dasar yang kuat bagi nasehat yang akan dia berikan (bdk. Flp. 2:1-2 “karena di dalam Kristus ada....karena itu...”).

Apa isi nasehat Paulus? Apakah nasehat yang diberikan bersifat memihak atau menguntungkan salah satu pihak? Dia ternyata memberi nasehat yang objektif. Semau nasehat ini berpusat pada kesatuan, sebagaimana tersirat dari pengulangan kata “yang sama” di ayat 10b (terjemahan LAI:TB tidak terlalu jelas).

Pertama, supaya mereka seia-sekata
.
Menurut teks aslinya, nasehat ini sebaiknya diterjemahkan “supaya kamu semua terus-menerus mengatakan/berkata (legete) yang sama” (ASV/KJV). Versi yang lebih modern memilih “supaya kamu semua setuju [satu dengan yang lain]” (NIV/NASB/RSV). Tense present yang dipakai mengindikasikan bahwa hal ini harus menjadi gaya hidup mereka (terus-menerus).

Kedua, supaya tidak ada perpecahan di antara mereka (erat bersatu)
Perbedaan pendapat mungkin – bahkan pasti - ada. Jemaat Korintus berasal dari latarbelakang etnis, sosial dan ekonomi yang berbeda. Mungkin mereka masih memiliki perbedaan-perbedaan lain. Semua perbedaan ini sah-sah saja, sejauh hal itu tidak sampai menimbulkan perpecahan.

Ketiga, supaya kamu  sehati sepikir
.
Terjemahan yang lebih hurufiah seharusnya “supaya kamu disempurnakan (katertismenoi) dalam pikiran (noi) yang sama dan pandangan/penilaian (gnome) yang sama” (semua versi Inggris). Kata dasar katartizo muncul beberapa kali dalam tulisan Paulus dan memiliki arti “menyempurnakan” (Friberg Lexicon, lih. 2Kor. 13:11; 1Tes. 3:10 – “menambahkan” seharusnya “menyempurnakan”; 2Tim. 3:17). Dari pilihan kata ini terlihat bahwa mereka bukan hanya perlu bersatu (LAI:TB), tetapi persatuan itu harus sempurna (semua versi Inggris).

Mereka perlu disempurnakan dalam cara berpikir yang sama. Kata Yunani yang dipakai adalah nous. Kata ini lebih menyoroti cara berpikir, bukan isi pikiran. Paulus menasehatkan orang percaya agar jangan memiliki cara berpikir (nous) orang-orang non-kafir yang sia-sia (Ef. 4:17). Sebaliknya, orang percaya harus terus-menerus mengalami perubahan nous (Rm. 12:2; Ef. 4:23) dan memiliki nous Kristus (1Kor. 2:16).

Mereka juga perlu disempurnakan dalam pendapat yang sama. Kata Yunani gnome yang dipakai di sini muncul 5 kali dalam tulisan Paulus. Dari 5 pemunculan ini, 4 di antaranya muncul di surat Korintus dan selalu memiliki arti “pendapat” (1Kor. 1:10; 7:25, 40; 2Kor. 8:10).

Dari isi nasehat yang ada, apakah Paulus menganggap bahwa persatuan harus didasarkan pada kesamaan? Bukankah persatuan tetap dapat dipertahankan sekalipun dalam perbedaan (Bhineka Tunggal Ika)? Apakah setiap orang percaya benar-benar harus mengatakan yang sama, disempurnakan dalam cara pikir dan pendapat yang sama?

Pertanyaan seperti di atas dapat dijawab dengan mudah apabila kita menyadari persoalan khusus yang dibahas di 1 Korintus 1:10. Perpecahan ini bukan hanya melibatkan pengultusan pemimpin, tetapi berkaitan dengan isu “hikmat” (kata sophia muncul 14 kali di 1 Korintus 1-3). Sebagian jemaat menganggap diri pandai (menurut ukuran dunia) dan menganggap Injil sebagai sebuah kebodohan. Untuk menghadapi situasi ini, Paulus memerintahkan agar mereka memiliki kesamaan. Hal ini berarti bahwa dalam hal “Injil”, semua harus memiliki pandangan yang sama (bdk. Gal. 1:8-9). Seorang teolog pernah memberi nasehat “dalam hal-hal yang pokok kita harus sama, dalam hal-hal yang tidak pokok boleh berbeda, dalam segala hal adalah kasih”.

Memiliki Sumber Informasi yang Terpercaya (ay. 11-12)
Paulus tidak hanya memberikan nasehat saja. Dia selanjutnya menjelaskan bagaimana dia mengetahui perpecahan yang ada dalam jemaat Korintus. Dia ternyata diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe. Merekalah yang menginformasikan kepada Paulus tentang apa yang sedang terjadi. Paulus tidak mencari tahu, karena tindakan ini dapat menimbulkan lesalahpahaman dan memperkeruh situasi. Dia hanya menerima informasi.

Siapa orang-orang dari keluarga Kloe ini dan siapakah Kloe itu? Dari nama yang ada, Kloe adalah seorang perempuan. Dia sangat mungkin merupakan orang yang kaya dan terpandang. Kata “orang-orang” sebenarnya tidak muncul di teks Yunani, tetapi makna itu memang dapat dibenarkan dari tata bahasa yang ada (lit. “telah diberitahukan oleh [...] Kloe”). “Orang-orang” di sini mungkin adalah para budak Kloe atau rekan-rekan bisnisnya. Ketenaran Kloe dapat dilihat dari fakta bahwa Paulus merasa tidak perlu menjelaskan lagi siapa yang dia maksud sebagai Kloe, sekalipun nama seperti ini mungkin banyak dijumpai waktu itu.

Para sarjana berdebat tentang identitas Kloe. Sebagian menganggap dia adalah salah satu yang diutus jemaat Korintus untuk membawa surat-surat dan menemui Paulus, namun hal ini tampaknya tidak sesuai dengan pasal 16:17-18. Selain itu, seandainya mereka memang dari kalangan jemaat Korintus, bukankah hal itu berpotensi menambah masalah yang ada karena mereka mungkin termasuk pada salah satu pihak yang bertikai (apalagi kalau mereka termasuk golongan Paulus)? Sebagian sarjana lain cenderung melihat Kloe (dan orang-orangnya) sebagai orang yang objektif dan tidak berdomisili di Korintus sehingga tidak terlibat dalam perpecahan yang ada. Kloe mungkin seorang pedagang keliling yang kaya dan para bawahannya pernah mengunjungi jemaat Korintus.

Setelah menyebutkan sumber berita (ay. 11a), Paulus lalu menjelaskan inti berita itu (ay. 11b-12). Jemaat Korintus terlibat perselisihan yang melibatkan nama pemimpin. Penjelasan ini perlu diberikan Paulus karena jemaat Korintus tidak hanya terlibat dalam satu macam perselisihan. Mereka mengalami konflik secara legal (6:1-11), konflik antara yang kuat dan lemah imannya (8:1-13), antara laki-laki dan perempuan (11:1-16), yang kaya dan miskin (11:17-34), konflik seputar karunia roh (pasal 12-14).

Perselisihan yang melibatkan nama pemimpin diungkapkan dalam kalimat “aku dari golongan Petrus, Apolos, Kefas dan Petrus”. Dari teks Yunani yang ada sebenarnya tidak ada kata “dari golongan”. Teks hanya menulis “I am of...”. Terlepas dari apakah “of” di sini berarti “milik” atau “pendukung” (lihat eksposisi selanjutnya), masalahnya sudah cukup jelas. Mereka melibatkan nama para pemimpin, padahal pemimpin-pemimpin itu tidak berhubungan sama sekali dengan perselisihan yang ada. Hal ini terlihat dari pandangan positif Paulus terhadap Apolos (3:6) maupun permintaannya agar Apolos mengunjungi jemaat Korintus (16:12).

Sebagian mendukung Paulus karena dia adalah yang merintis jemaat di Korintus dengan segala kesulitan (Kis. 18:1-18) dan kesederhanaan yang ada (1Kor. 2:1-5). Apolos adalah penerus Paulus (Kis. 19:1; bdk. 1Kor. 3:6 “Paulus menanam, Apolos menyiram”). Dia seorang yang fasih bicara dan menguasai kitab suci (Kis. 18:24-28). Tentang Kefas, tidak ada catatan eksplisit bahwa dia pernah menggembalakan jemaat Korintus. Bagaimanapun, 1 Korintus 9:5 tampaknya menyiratkan hal ini. Di ayat ini Paulus secara khusus menyebut nama Kefas, walaupun Kefas sebenarnya sudah termasuk ke dalam kategori “rasul-rasul lain”.

Bagaimana dengan mereka yang dari golongan Kristus? Apakah mereka orang yang rohani dan tidak terlibat dalam perselisihan yang ada? Dari cara Paulus menyamakan golongan ini dengan yang lain (golongan Kristus adalah golongan keempat) dapat disimpulkan bahwa mereka adalah partai lain dalam perpecahan ini. Para sarjana menduga mereka adalah jemaat yang merasa diri “rohani” padahal sebenarnya tidak. Pertengkaran seputar karunia rohani di pasal 12-14 cukup untuk membuktikan bahwa di antara jemaat ada yang terjebak pada kerohanian yang semu. Mereka ikut dalam perselisihan, tetapi mereka bersembunyi di balik nama Kristus.Pertama, tetaplah berpengharapan, bersabar dan berdoa, apa pun konflik yang sedang dihadapi (12). Paulus mengajak jemaat untuk tidak menyerah kepada konflik yang pahit, tetapi bertekun dan bersikap positif dalam menggapai penyelesaian. Kedua, kemurahan hati adalah prinsip penting yang mencegah konflik, bahkan mengobati jika konflik ini terjadi (13). Perhatikan konflik-konflik yang terjadi di Indonesia, bukankah kecemburuan sosial adalah salah satu akar yang paling utama? Bukankah gereja menjadi jauh lebih bermurah hati setelah terjadi banyak kerusuhan?
Ketiga, bangkitkanlah semangat menjunjung tinggi persatuan dan kesehatian (14-16). Kita harus selalu menunjukkan kebaikan, meskipun kepada orang yang menganiaya kita. Ketika orang lain sedang bersusah hati, kita ikut bersusah hati, demikian pula sebaliknya, ketika orang lain bersukacita, kita pun larut di dalamnya. Simpati dan empati adalah dua kata yang amat dalam dan penting artinya di dalam memelihara kesatuan. Kita diminta untuk tidak merasa lebih unggul, lebih pandai, atau lebih penting daripada orang lain. Sikap demikian adalah penghancur kesatuan dan kesehatian.


yhs.net
Jadilah pembawa damai dan nyatakan syalom (damai sejahtera) dimanapun kita berada

Minggu, 25 November 2012

Shalom....
Puji Tuhan...
Telah di buka Forum Komunikasi Guru Pendidikan Agama Kristen (FKG PAK) kota Salatiga pada hari jumat tanggal 24 November 2012 di Rumah Retreat Bukit Soka Salatiga. Forum ini dibuat sebagai wadah komunikasi guru-guru PAK dari jenjang SD, SMP, SMU/SMK, SLB baik negeri, swasta di kota Salatiga. Forum lahir dari pergumulan dan kerinduan guru-guru PAK sekota Salatiga dalam menyikapi perkembangan jaman khususnya di dunia pendidikan dan secara spesifik lagi di dunia pendidikan kristen, dimana saat ini diperhadapkan pada tantangan jaman yang menuntut supaya setiap guru bisa menjadi motor penggerak, role model, fasilitator bagi setiap peserta didik baik secara ilmu, iman dan spiritual.
Guru ..."digugu lan ditiru'...mari para guru PAK kita berbagi ilmu, nilai, berkat dll untuk kesejahteraan dan masa depan bangsa, mengajar dan mendidik tunas bangsa dengan cinta kasih Kristus, menanamkan karakter dan nilai-nilai kristiani sebagai modal dalam menyikapi tantangan jaman yang semakin global.
...be a good teacher...
...salam kasih ...